16/6/03 0:30
i hurt myself today to see if i still feel
i focus on the pain, the only thing that's real
the needle tears a hole, the old familliar sting
try to kill it all away, but i remember everything
'Hurt', Trent Reznor, Nine Inch Nails
bait pertama lagu balad dari nine inch nails itu, if it could be categorized as a ballad, is one of my favourite lyrics. It reminds me not to be numb. Ever had that feeling, or rather, the lack of it? Most people don't realize it until it's too late.
Sebelum berbicara soal itu, let's took the long road to that subject.
tahu nggak beda knowing ama aware(ness)? Mungkin sebuah analogi bisa memperjelas. Bayangkan orang yang lagi nyetir mobil. Easy right? You look ahead, making adjustment as you go along. Tujuannya dari satu tempat ke tempat lain. Dia tahu awal dan tujuan, jalan yg mesti diambil. but look closer...
Anyone can tell you, driving a car is much complicated than that. jalan yg diambil seringkali bukan jalan lurus, dan tidak kosong. So, you have to control arah dan kecepatan mobil yg dipake. Usually this means .at least controlling three controls at any given time. Steering, throttle/gas, and brakes. Four if you have a manual transmission. Ok, you have the controls, and you know which direction(s) to take. Based on experience and feedback info from your senses, lo mengontrol the controls.
Ever notice kita (terlalu) banyak ngandalin mata saat nyetir? Lewat mata, kita dapat info mengenai jalan, pengguna jalan yg lain, kondisi jalan, sinyal/rambu jalan etc.
Dengan mata, dan bantuan spion, kita bisa melihat tidak hanya apa yang ada di depan, tetapi di belakang dan sisi kiri/kanan. Walau kita menfokuskan perhatian ke depan, peripheral vision kita memastikan bahwa kita akan 'menangkap' bayangan kendaraan yang ada di belakang, kiri maupun kanan. Movement, shape, colors, itu tahapan 'pengeritan' mata akan hal-hal yang tertangkap olehnya.
Kita bisa saja memilih untuk memperlunak fokus ke depan, sehingga benda-benda yang berada di peripheral vision masih tertangkap, walaupun tidak mendetil. Tapi ini berarti kita juga kehilangan detil pada pandangan ke depan. But for your average driving, hal ini masih dapat diterima. Mengapa? Habitual, baik kita sendiri maupun pengguna jalan yang lain. Amat jarang pengguna jalan yang bergerak lebih cepat sehingga perhatian kita 'teralih' ke movement yang tertangkap oleh mata.
Telinga umumnya tidak terlalu 'digunakan' saat mengemudi, dan kebiasaan orang mendengarkan radio/musik sambil driving memperburuk hal ini. Padalah acoustic cues dari suara-suara yang ada di sekitar kita banyak membantu. Suara mesin memberikan indikasi arah mana motor/mobil yang mendekati/menjauhi. Derumnya, menandakan apakah kendaraan yang ada itu motor, mobil atau truk. Sedangkan nada pitch mesin memberikan informasi apakah ada perubahan kecepatan dari kendaraan tersebut.
Sedangkan tangan dan badan kita merasakan getaran dan feedback dari roda-roda mobil yang digunakan. Getaran mesin membantu kita menilai apakah rotasi mesin terlalu tinggi/rendah, dan feedback roda memberikan informasi berapa banyak margin yang kita harus terapkan dalam mengkoreksi arah mobil lewat setir, tentunya sesuai dengan arah yang diinginkan. Bila cukup sensitif, kita bisa membedakan bahan jalan, apakah pavement, concrete ataupun asphalt.
Semua yang sudah cukup lama mengemudi telah menginternalisasi hal-hal ini sehingga menjadi suatu kesatuan aksi yang coherent dan terstruktur. Seperti sebuah komputer, kita melakukan beberapa tugas simpel yang merupakan bagian dari suatu tugas yang lebih kompleks. When we drive, we know without understanding, without paying (too much) attention. Kita memberikan atensi yang 'cukup' untuk mengemudi ke tujuan kita.
Awareness implies there is something 'more'. Mata kita sebenarnya menangkap semua detil dari benda-benda yang kita lihat, namun pikiran kita tak sanggup menerima semua informasi tersebut. Begitu juga dengan telinga, kita tak mendengar suara di dalam mobil lain, walaupun suara tersebut ada. Padahal sebenarnya kita mengetahui hal ini semua, hanya saja kita tidak 'peduli' dengan semua itu saat ini. Bagaimana bila kita menolak 'batasan' pikiran? Mungkin tidak dengan menyadari semuanya, hanya dengan menggunakan apa yang kita tahu?
the edge of an existensialist universe.
Friday, July 04, 2003
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment