Mobil yang kita gunakan misalnya? Apakah saat menyetir, kita sadar bahwa mobil yang kita gunakan tersebut di buat di mana, tahun berapa, apakah pajak yang kita harus bayar sudah dibayar? Apa saja bagian-bagian mobil yang digunakan? Kontruksi yang digunakan untuk rangka mobil, dan jenis metal yang digunakan? Apakah ban yang kita pakai mempunyai tekanan udara yang cukup? Apakah oli mesin, rem dan transmisi berada dalam kondisi yang optimal dan terisi? Ini adalah hal-hal sederhana yang umumnya kita tidak selalu sadar saat mengemudi, namun bukan berarti hal-hal ini tidak penting. Dengan mengetahui kontruksi dan bahan mobil, kita bisa mendapatkan pengertian macam/tingkat stress yang dapat ditahan oleh mobil tersebut, serta distribusi berat. Informasi alokasi berat mobil memungkinkan mengoptimalkan pengendalian mobil, terutama pada bila kita harus melakukan manuver yang 'tidak' biasa. Kondisi ban juga mempengaruhi traksi, sehingga mobil tidak 'tergelincir' saat melakukan manuver tersebut. Sedangkan, memastikan semua oli dan bahan bakar terisi dan dalam kondisi baik memastikan bahwa kita dapat mencapai tujuan tanpa interupsi, di luar kecelakaan yang diakibatkan pihak eksternal.
Ini hanya dari dalam mobil, bagaimana dengan di luar mobil? Dengan melihat kecepatan dan arah kendaraan/pengguna jalan lain, kita dapat mengestimasi posisi mereka, all things equal, dalam waktu 1 detik, 5 detik ke depan. Kita juga tahu bahwa berdasarkan pengalaman, beberapa tipe kendaraan harus diberikan margin yang besar, sehingga kita tidak terganggu/mengganggu jalan mereka, seperti truk besar, bus, metro atau bajaj. Kita bahkan sebenarnya dapat memperkirakan apakah mereka akan melakukan kesalahan dalam mengemudi atau tidak. Bila atensi yang diberikan cukup dalam, maka kita bisa menilai apakah mereka akan menyeberang atau tidak, atau memikirkan hal lain di luar apa yang ada didepannya.
Etc, etc untuk mobil, rambu jalan, pohon-pohon di trotoar, rumah-rumah/gedung yang ada disisi jalan.
Namun, hal-hal ini sebenarnya pseudo-knowledge, karena hal-hal ini kita pelajari sebelumnya, namun tidak meng-'imply' kita sadar akan hal-hal tersebut. Mostly orang-orang menolak untuk peduli hal-hal seperti ini.
Bila ingin 'sadar', in my opinion kita harus 'pergi' even further, mungkin ke tahap yang bisa disebut consciousness bagi kebanyakan orang. Dengan apa yang kita ketahui, baik dari hal-hal 'biasa'/sehari-hari maupun apa yang kita pelajari secara ilmiah, kita memikirkan secara sadar apa yang kita tangkap through our senses. Selain hal-hal di atas, seorang yang dididik sebagai akuntan atau sarjana ekonomi perlu memikirkan efisiensi mobil dan fuel consumption, maintenance cost, replacement cost bila ingin membeli mobil baru yang lebih irit, environmental impact apa yang terjadi bila kita menggunakan mobil dengan konsumsi lebih irit, social cost yang terjadi. Dan ini baru mengenai mobil. Bagaimana dengan hal-hal lain yang ada di jalan? Bagaimana dengan rambu, dengan pengendara/pengguna jalan lain, bagaimana dengan hal-hal di samping jalan, rumah/gedung etc. The list goes on and on.
Bila kita telah tahu dan kita telah sadar, apa yang akan kita perbuat? Apakah ini berarti bila kita melihat orang yang membuat pelanggaran lalu lintas, kita harus memberitahukan dia, seperti layaknya yang 'diajarkan' dalam buku-buku pelajaran moral/budi pekerti dahulu? Dan tentu, kita memberitahukan dia dengan cara yang sopan/non intrusive sehingga 'beliau' yang mungkin sedang mengalami masalah pribadi, atau belum pernah mengecap pendidikan di atas kelas 6 SD mengerti di mana kesalahan yang diperbuatnya? Singkat kata, apakah awareness dan knowledge of what is right, tidak mengharuskan kita berusaha menegakkan nilai-nilai kebenaran dan 'apa yang seharusnya' terjadi?
So i guess, seperti yang dulu, my friend Dewa bilang, ignorance is bliss.
the edge of an existensialist universe.
Friday, July 04, 2003
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment